Sahabat Jurnal News. Pada saat ini memang lagi ngetrend dan terkenalnya batu akik, batu giok atau batuan permata jenis lain. Begitu besarnya anemo masyarakat terhadap keberadaan batuan tersebut. Terlebih lagi, ada juga beberapa daerah yang menjadikan batuan tersebut seperti komoditi tersendiri. Berbagai upaya telah dilakukan masyarakat untuk menemukan batuan itu. Dengan cara tradisional mereka berbondong-bondong layaknya berburu permata. Tak ayal, lahan pertanian, hutan menjadi obyek pencarian.
Sahabat Jurnal News. Beberapa saat lalu, ada informasi yang menggerkan masyarakat Aceh, yakni diketemukannya batu giok seberat 20 Ton di Nagan Raya Aceh. Wow, berat banget. Bayangkan jika batuan tersebut dikelola dan diubah menjadi cincin akik, pasti bernilai ekonomi tinggi. Tak heran hal tersebut menjadi perseteruan antara warga lokal dengan pendatang.
Seperti dilansir detik.com, bahwa hal itu menjadi perbincangan hangat diberbagai kalangan. Seperti disampakan Ketua Komisi I DPR
Aceh berikut.
"Jika pendatang menghargai adat setempat, tentu konflik sosial tidak
akan terjadi seperti contoh di Nagan Raya," kata Ketua Komisi I DPR
Aceh, Abdullah Saleh, dalam rapat kerja membahas regulasi giok, di
Gedung DPR Aceh, Selasa (17/2/2015).
Giok seberat 20 ton ditemukan warga Desa Pante Ara, Kecamatan Beutong,
Nagan Raya, Aceh beberapa hari lalu di kawasan hutan lindung. Karena ada
aturan yang melarang warga menambang, masyarakat setempat tidak
mengambil giok tersebut. Tapi kemudian datang sejumlah pendatang hendak
mengambil secara diam-diam. Warga setempat yang mengetahui ini kemudian kembali mendatangi lokasi
yang berjarak sekitar 10 km dari perkampungan untuk mencegah pendatang
mengambil batu. Giok tersebut hingga kini masih dijaga oleh warga.